Monday, February 25, 2013

Keutamaan Meringankan Beban Seorang Muslim


بسم الله الرحمن الرحيم
     عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ  : « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ » رواه مسلم
     
Dari Abu Hurairah dia berkata:

Rasulullah  bersabda:
“Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat”[1].

     Hadits yang agung menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang membantu meringankan beban saudaranya sesama muslim, baik dengan bantuan harta, tenaga maupun pikiran atau nasehat untuk kebaikan.

     Imam an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat keutamaan menunaikan/membantu kebutuhan dan memberi manfaat  kepada sesama muslim sesuai kemampuan, (baik itu) dengan ilmu, harta, pertolongan, pertimbangan tentang suatu kebaikan, nasehat dan lain-lain”[2].

     Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:

- Hadits ini menunjukkan makna sebuah kaidah besar dalam Islam, yaitu ‘al-jaza-u min jinsil ‘amal (balasan yang didapat seorang hamba adalah sesuai dengan jenis perbuatannya)[3], karena meringankan beban seorang muslim berarti berbuat kebaikan kepadanya, dan balasan kebaikan adalah kebaikan yang semisalnya. Allah  berfirman:
{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS ar-Rahmaan: 60)[4].

- Melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan bernilai pahala[5], meskipun perbuatan tersebut dianggap sepele, Rasulullah  bersabda: “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria”[6].

Dalam hadits lain, Rasulullah  bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu”[7].

- Kesusahan dan penderitaan yang dialami manusia dalam kehidupan dunia sangat kecil, bahkan tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan dasyatnya kesusahan pada hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih, oleh karena itu, barangsiapa yang diringankan baginya kesulitan di hari kiamat maka sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar[8].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Abdullah bin Taslim al-Buthoni

[1] HSR Muslim (no. 2699).
[2] Syarhu shahiihi Muslim (17/21).
[3] Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi walhikam” (hal. 338).
[4] Lihat kitab “tuhfatul ahwadzi” (4/574).
[5] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (5/458).
[6] HSR Muslim (no. 2626).
[7] HR at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan 529) dll, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “ash-Shahihah” (no. 572).
[8] Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi walhikam” (hal. 338-339).

http://manisnyaiman.com/keutamaan-meringankan-beban-seorang-muslim/

Monday, February 4, 2013

Ingin Melihat Saldo Wadiah & Qardh ?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
 
Alhamdulillah....
Diinformasikan kepada seluruh anggota, via WEB telah dapat dilihat kembali status yang ter update. 

Tafadhal :




Note :

         Wadi'ah : Tabungan , Qardh : Pinjaman  

         Q - 1 : Qardh / Multiguna
         Q - 2 : Qardh Al Hasan / Darurat
         M - 1 : Mudharabah / Pembiayaan/Bagi Hasil

         M - 2 : Musyarakah / Pembiayaan/Patungan
         M - 3 : Murabahah / Pembiayaan/Kredit
              R  : Rahn / Pembiayaan/Gadai

Silahkan Jika Ingin di : Download

Wassalaamu alaikum warohmatullohi wabarokaatuh,

Admin



Thursday, January 6, 2011

Membantu Orang Lain Adalah Obat Stres

Sebaik-baik jenis bantuan adalah ketika Anda tidak meminta imbalan atau mengaharap terima kasih atas bantuan Anda. Dan dari sini kita mengetahui arti penting firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:

(وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا) [الإنسان: 8-9].

” Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insaan: 8-9)

Ya Allah jadikanlah seluruh amalan kami ikhlash karena ingin mendapatkan keridhaan-Mu, dan karena takut terhadap adzab-Mu serta karena kecintaan kepada penutup para Nabi-Mu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam).

Hidup Bermanfaat di Jalan Allah adalah Obat Stres

Tidak ada agama yang seperti Islam, dia (Islam) menaruh perhatian yang besar terhadap masalah membantu orang lain dan pemenuhan kebutuhan (hajat) mereka, sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap perbuatan membantu orang lain sebagai bagian dari iman.

Nabi Berwasiat Agar Ummatnya Membantu Sesama Dan Memenuhi Kebutuhan Mereka

Banyak sekali hadits yang datang dari Nabiyurrahmah (Nabi yang penuh kasih sayang) shallallahu ‘alaihi wasallam yang menegaskan pentingnya kerjasama, membantu orang lain dan mengulurkan bantuan untuk mereka. Sampai-sampai Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap bahwa keimanan seseorang tidak akan sempurna sebelum dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri!!

Dan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap orang yang tidur (dalam keadaan kenyang) sementara dia tahu tetangganya dalam keadaan kelaparan, sebagai orang yang imannya kurang. Dan barang siapa yang kedatangan tamu namun dia tidak menghormatinya, maka dia juga imannya kurang.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ).

” Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. (رواه البخاري ومسلم)

” Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Janganlah menzhaliminya dan jangan membiarkannya (tidak membela dan menolongnya). Dan barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantunya. Dan barangsiapa yang memberikan jalan keluar untuk kesulitan saudaranya, maka Allah akan memberikan jalan keluar bagi kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari Muslim)

Ini adalah hadits yang menakjubkan, darinya kita mengetahui sejauh mana perhatian Nabi terhdap masalah membantu orang lain dan mencintai kebaikan untuk mereka, sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganggap bahwa perbuatan apapun yang Anda lakukan, baik berupa melepaskan salah satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan duniawi seorang Muslim, atau menutupi aibnya atau memenuhi kebutuhannya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kepada Anda balasan yang berlipat ganda dari apa yang telah Anda lakukan di dunia.

Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

” Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.(HR. al-Bukhari)

Sesungguhnya memuliakan tamu adalah sebuah tuntunan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan bahwasanya Allah memberikan pahala yang besar atas amalan tersebut. 

Dan Islam tidak hanya memerintahkan untuk membantu orang lain, akan tetapi ia (Islam) juga memerintahkan untuk menahan diri dari mengganggu mereka dan tidak menyakiti mereka.

Sekarang, setelah kita melihat bagaimana perhatian Islam terhadap aspek sosial ini, dan bagaimana Islam memelihara keutuhan masyarakat dan integritasnya serta tersebarnya cinta, kasih sayang, dan kebaikan di antara orang-orang yang beriman. Kita bertanya:” Apakah ada keajaiban ilmiah atau faidah-faidah medis dan psikologis dari amalan ini?”

Studi Ilmiah Membuktikan Bahwa Membantu Orang Lain Mengobati Stress

Para ahli di bidang psikologi menegaskan bahwa membantu orang lain akan meringankan stress, yang mana membantu orang lain merangsang sekresi suatu hormon yang bernama “endorfin”, suatu hormon yang membantu menghasilkan perasaan nyaman dan tenang secara psikologis.

Dan mantan direktur Institut “Penyuluhan Kesehatan” di Amerika Serikat “Alan Lex” menegaskan bahwa membantu orang lain membantu mengurangi tekanan saraf, yang mana bantuan seseorang kepada orang lain mengurangi pikirannya terhadap kesedihan-kesedihan dan masalah-masalah pribadinya, dan kemudian merasa nyaman secara psikologis.

Peneliti mengisyaratkan akan perlunya terpenuhi tiga syarat mendasar ketika seseorang membantu orang lain agar bisa menikmati sisi positif (dampak positif) dari bantuannya. 

Syarat tersebut yaitu hendaknya bantuan tersebut harus teratur, memungkinkan hubungan pribadi antara orang yang membantu dan orang yang meminta bantuan dan hendaknya orang yang meminta bantuan adalah orang di luar lingkup orang yang dikenalnya, keluarganya atau teman-temannya.

Sang Ahli menegaskan bahwa manusia tidak dipaksa untuk membantu orang yang tidak dikenal, namun dia benar-benar bebas untuk memutuskan apakah akan mebantu orang lain atau tidak. Dan bahwasanya kebebasan itu adalah hal penting untuk mendapatkan hasil psikologis yang diinginkan dalam membantu orang lain. Dan sebaliknya, bahwasanya seseorang “dipaksa” untuk membantu teman-teman dan kerabat.

Dalam studi-studi ilmiah sebelumnya nampak jelas pentingnya toleransi, memaafkan orang lain dan tidak marah. Semua ini menyebabkan peningkatan kemampuan sistem kekebalan tubuh pada manusia, dan secara otomatis meningkatan perlindungan terhadap berbagai penyakit.

Dapat dikatakan bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan seseorang dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kondisi mental dan meningkatkan tingkat kekuatan sistem kekebalan tubuh serta memberikan kepada tubuh Anda dosis kekebalan tambahan terhadap penyakit, terutama stres.

Sesungguhnya Islam ketika memberikan perhatian terhadap perbuatan baik, tidaklah penetapan syar’iat tersebut kecuali untuk maslahat (kebaikan) manusia dan masyarakat dan agar mereka beruntung mendapatkan balasan di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, kita dapatkan banyak ayat yang memotivasi seorang mukmin untuk saling tolong menolong dan memberikan pelayanan/bantuan kepada orang lain tanpa imbalan (gratis). Lihatlah bagaimana peneliti ini, setelah banyak percobaan yang dia lakukan, maka nampak jelaslah baginya bahwa sebaik-baik jenis bantuan adalah ketika Anda tidak meminta imbalan atau mengaharap terima kasih atas bantuan Anda. Dan dari sini kita mengetahui arti penting firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:

(وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا * إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا) [الإنسان: 8-9].

” Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insaan: 8-9)

Ya Allah jadikanlah seluruh amalan kami ikhlash karena ingin mendapatkan keridhaan-Mu, dan karena takut terhadap adzab-Mu serta karena kecintaan kepada penutup para Nabi-Mu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam).

(Sumber:الإعجاز النبوي معالجة التوتر النفسي بمساعدة الآخرين karya ‘Abdud Daim al-Kaheel. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono/alsofwah)